Sejarah Makanan Organik

Sejarah kami semua yang bermula dari sebidang tanah subur

Sejarah Makanan Organik

Pertanian organik dimulai pada tahun 2014, berawal dari kegemaran bercocok tanam yang kemudian mendorong upaya membeli lahan untuk menanam buah-buahan yang pada awalnya hanya untuk konsumsi sendiri dan kemudian didistribusikan ke pasar tradisional terdekat seiring dengan berkembangnya pertanian kesadaran akan hidup sehat juga semakin kuat hal tersebut yang memicu keinginan untuk lebih memfokuskan pada pengembangan lahan pertanian menjadi lahan pertanian organik dengan mengajak beberapa petani sekitar untuk bekerjasama mengembangkan usaha sayuran organik dengan sistem dan cara penanaman yang benar terbentuk lah Living Organic.

Saat ini kami mengembangan penanaman sayuran organic ini di atas lahan seluas 7 hektar, dengan 67 ragam tanaman.

Living Organic  telah menerapkan sistem pertanian organik sesuai dengan ” SNI 6729-2013″ dan disertifikasi oleh Badan sertifikasi “INOFICE “.

Pengertian pertanian organik secara luas adalah pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari bahan-bahan kimia sintentis, sebagai contoh pupuk NPK pabrikan dan pestisida. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan produksi sayuran daun dan buah yang aman untuk kita konsumsi, menjaga keseimbangan lingkungan, sekaligus menjaga sikius alami.

Prinsip-prinsip pertanian organik dalam pengertian luas adalah bagaimana kita memelihara tanah, air, tanaman, hewan, dan lingkungan hidup yang berhubungan satu sama lain sehingga kita dapat meninggalkan warisan untuk generasi yang akan datang.

Istilah “organik” mengacu pada cara produk pertanian dibudidayakan dan diproses. Persyaratan khusus harus dipenuhi dan dipertahankan agar produk dapat diberi label “organik”.

Tanaman organik harus dipelihara di tanah yang aman, tidak dimodifikasi secara genetis dan harus selalu terpisah dari produk konvensional. Petani tidak diperbolehkan menggunakan pestisida sintetis, organisme hasil rekayasa genetika (GMO) dan pupuk buatan. Meski demikian, residu pestisida tanaman organik tidak selalu nol karena pestisida masih dapat masuk melalui angin, air atau tanah.

Agar mendapatkan label organik, sebuah produk makanan olahan harus mengandung paling sedikit 95% bahan organik bersertifikat. 

Meskipun belum ada statistik, pertumbuhan konsumsi produk organik di negara kita kelihatannya tidak kalah dengan negara-negara maju seperti Kanada dan Amerika Serikat yang mencapai 20% lebih.

Diharapkan dengan meningkatnya produsen sayuran organik dan kesadaran masyarakat pengguna maka kita dapat melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia, dan bumi sebagai satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Kesehatan kita tidak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem , tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman yang sehat yang dapat mendukung kesehatan manusia dan hewan yang mengarah pada keinginan untuk menghasilkan produk sayuran yang berkualitas dan bergizi tinggi yang dapat mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan kita bersama. 

 Hanya sekedar berbagi sedikit infomasi, bahwa dalam beberapa penelitian, kandungan gizi pangan organik lebih tinggi dari non organik, sebagai contoh; 

(1) Sayuran organik mempunyai kandungan lebih tinggi sebanyak 27% vitamin C, 29% zat besi, dan 24% fosfor. 

(2) Penelitian di Australia membuktikan bahwa sayuran dan buah organik mempunyai kandungan mineral 10 kali lipat lebih tinggi dari non organik. 

(3) Penelitian lain di Amerika membuktikan bahwa kandungan mineral sayuran buncis, kol, selada, dan bayam organik lebih tinggi daripada non organik.

Pertanian organik, selain berdasarkan prinsip-prinsip kesehatan, juga menganut prinsip-prinsip ekologi, keadilan dan perlindungan.

Keamanan sayuran dan buah organik antara lain:

  • Selain unggul dari segi nutrisi dan citra rasa, juga bebas dari bahan kimia berbahaya. Kadar senyawa berbahaya , sebagai contoh ; nitrat, oksalat dan asam amino bebas lebih rendah sehingga baik untuk kesehatan. 
  • Residu pestisida sangatrendah dibandingkan dengan non organik. Pestisida untuk memberantas hama tanaman mengandung bahan beracun seperti timbal, antinon, arsen, merkuri, selenium, thaliium , zing dan florida. Bahan ini akan berdampak buruk jika tidak digunakan dan dikelola dengan bijaksana.
  • Daya kerja racun dari pestisida sangat beragam, antara lain dapat mempengaruhi saraf yang mengakibatkan terganggunya saraf otak, sistem enzim yang mengganggu metabolisme, dan dapat langsung mematikan. Residu pada sayuran daun dan buah akibat penggunaan pestisida yang tidak terkontrol merupakan bahaya langsung terhadap kita. Tanpa kita sadari zat tersebut tertimbun di dalam tubuh kita , khususnya pestisida insiktisida organoklorin yang merupakan penyebab tumor dan kanker.